Persalinan
A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah persalinan dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer, 2001).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi konesepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepaskan dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina kedunia luar (Oxorn, 2003).
B. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage (jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan entriotus (Lubang Luar Vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus menyesuaikan dirinya terhadapap jalan yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus di tentukan sebelum persalinan dimulai.
2. Passanger (janin dan plasenta)
Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interkasi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagianb dari passenger yang menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
3. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontaksi involunter dan volenter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari eterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dilmulainya persalinan. Apabila serviks berdilitasi, usaha volenter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan skunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi invonlenter.
C. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulanya kekuatan his. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya persalinan.
1 Teori keterangan
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas tertentu setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehinggapersalinan dapat dimulai. Keadaan eterus yang terus membesar da menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot eterus.
2 Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana ternadu penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan 2 buntu.
3 Teori oksitosin internal
Dikeluarkan oleh kelenjar hipotise parst perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat menyebabkan terjadinya Braxton hiks.
4 Teori prostaglandin
Sejak umtur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.
5 Teori Hipotalamus-ptuitari dan Gladula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus, sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalasmus.
6 Teori berkurangnya nutrisi
Demikian oleh hipokrates untuk pertamakalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
D. Tanda – Tanda Persalinan
1. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteru menurun.
2. Perasaan sing-sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
3. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresi bertambah bisa bercampur darah.
E. Tanda-tanda Inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur keluar.
2. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
F. Tahapan Persalinan
Menurut saifuddin (2006) persalinan dapat dibagi empat kala yaitu :
Ø kala 1
1. Inpartu
Terdapat tanda-tanda persalinan :
a. Pembukaan serviks 4 cm
b. His adekuat (teratur minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik)
c. Keluar lendir darah dari vagina
2. Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan sesuai dengan partograf
3. Kmajuan persalinan bermaslah seperti : partus macet/tidak maju, inersia uteri, dsb.
Kemajuan persalinan tidak sesuai dengan partograf, melewati garis waspada.
4. Kegawatdaruratan persalinan
Ditemukan tanda-tanda legawatdaruratan ibu atau bayi, bila tidak ditolong segera dapat menyebabkan kematian.
Ø Kala II
1. Kala II berjalan dengan baik
2. Kawatdaruratan kala II
Adanya kemajuan penurunan kepala janin :
a. Kondisi ibu dan janin yang butuh pertolongan segera seperti eklamasia
b. Denyut jantung janin brakiadi/tarkiadi, penurunan bagian janin terhenti,karena kelelahan ibu dan lain-lain.
3. Persalinan normal
Persalinan spontan melalui vagina, bayi tunggal,cukup bulan.
Ø Kala III
Persalinan kala III normal
1. Bayi telah lahir, plasenta lahir eksimum 30 menit pengeluaran darah total lebih dari 500 cc atau ibu tidak tampak pucat
2. kontaksi uterus (+), membulat teramat keras
3. tampak lati pusat bertambah panjang
4. bayi tidak ada tanda-tanda kesulitan bernafas
Ø kala IV
1. Persalinan Kalil IV normal
a. Pengeluaran darah total tidar lebih dari 500 cc
b. Ibu tidak tampak pucat
c. Kontraksi eterus (+), membulat teramat keras
d. Tanda vital ibu dalam batas normal
2. Involusi normal
a. Posisi fundus uteri setinggi atau dibawah pusat, tonus uterus tetap berkontraksi.
b. Pengeluaran darah tidak berlebihan
c. Cairan tidak berbau
3. Kalil IV dengan penyulit
a. Sub involusi uterus, tonus tidak keras, posisi uterus diatas pusat
b. Pengeluaran darah berlebihan (>500cc)
c. Robekan jalan lahir
d. Sebagian plasenta tertinggal
e. Tanda virtal tidak normal.
1. Komplikasi Dalam Persalinan dan Penatalaksanaanya
Keadaan normal dan keabnormalan dari partograf ntuk menurunkan angka kematian ibu dari 450 per 100.000 kelahiran hidup, maka kita harus mengembangkan suatu sstem atau metoda yang tepat. Sistem ini diharapkan dapat memantau keadaan ibu maupun janin yang dikandungnya selama dalam persalinan. Dengan memantau keadaan ibu dan janin tersebut dari waktu ke waktu, maka kita daat melahirkan secara normal, atau harus segera dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih lengkap, serta kapan persalinannya harus diakhiri. Jadi dengan metoda yang baik dapat diketahui lebih awal adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah terjadinya persalinan lama. Pengembangan metoda baru ini, diharapkan dapat menurunkan resiko erdarahan postpartum dan sepsis, mecagah persalinan macet, pecah rahim, dan infeksi bayi baru lahir.
Dengan dasar inilah WHO menciptakan sistem “PARTOGRAF” yang telah digunakan oleh banyak negara karena harganya tidak mahal, dan dapat dipakai pada tingkat pelayanan yang lebih rendah. Dapat dipakai di puskesmas, ataupun oleh petugas – petugas seperti bidan yang bertugas di daerah. Dengan adanya pertograf ini, maka kalau diperlukan dapat dengan tepat merujuk pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. (Mochtar, Rustam, 1998.Sinopsis Ilmu Obstetri jilid 1.Jakarta : Buku Kedokteran ECG)
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinn dan informasi untuk membuat keputusan klik. Tujuan untama dari penggunaan partograf adalah untuk:
· Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
· Mendeteksi apakah proses persalna berjalan secara normal. Dengan emikan juga dapat mendeteksi secara dini keungkinan terjadinya partus lama.
· Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu di catatkan secra rinci pada status atau rekam medik bu bersaln dan bayi baru lahir.
Partograf harus digunakan:
§ Untuk semua bu dalam fase aktif kala satu persalinan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
§ Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik, bidan swasta, rumah sakit dll)
§ Secara rutin dapat memastikan semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan keada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa kodekteran)
Penggunaan partograf dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta membantu mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.(Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia )
v Hal – hal yang diamati pada pencatatan kemajuan persalinan atau partograf adalah:
A. Kemajuan Persalinan
§ Pembukaan serviks
§ Penurunan bagian terdepan, dalam hal ini kepala
§ His (kontraksi uterus)
B. Keadaan Janin
§ Denyut Jantung Janin
§ Warnah dan jumlah air ketuban
§ Moulage kepala janin
C. Keadaan Ibu
§ Nadi, tekanan darah dan suhu
§ Urin : volume, kadar protein dan aseton
§ Obat- obatan , dan cairan yang diberikan
§ Pemberian oksitosin
Ø Di jelaskan lebih rinci sebagai berikut:
A. Kemajuan Persalinan
§ Pembukaan Serviks
1. Pada grafik partograf kemajuan persalinan pada garis horizontal atau sumbu Y dibagi menjadi 24 kotak. Setiap kotak mewakili 1 jam jadi semuanya untuk 24 jam; 8 jam untuk fase laten. Pada garis vertikal atau sumbu X, tercatat 1 – 10 cm pembukaan (dilatasi) serviks, dan 0 – 5 cm untuk penurunan kepala; untuk tiap 1 kotak mewakili pembukaan 1 cm.
2. Fase laten (kurun lambat pembukaan) berlangsung dari pembukaan 0 sampai 3 cm disertai penipisan bertahap dari serviks (effacement), sedangkan fase aktif (kurun cepat pembukaan) dari pembukaan 3 sampai 10 cm (pembukaan lengkap)
3. Bsarnya pembukaan dalam cm dicatat kedalam partograf dengan tanda silang “X”
4. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam kecuali bila ada indikasi.
5. A fase aktif kecepatan pembukaan sekurang – kurangnya 1 cm/jam
6. Pada persalina yang berlangsung normal pebukaan idak boleh berada i sebalah kanan garis waspada
7. Bila pada pemeriksaan dalam di dapati pembukaan serviks berada pada fase aktif (≥ 3cm), besarnya pembukaan langsung dicatat pada garis waspada
8. Ka persalinan beralih dari fase laten ke fase aktif, catatan pembukaan langsung dipindahkan dari daerah fase laten ke garis waspada, perama garis lurus dari pembukaan masuk (fase laten), kemudian ke besarnya pembukaan pada pemeriksaan 4 jam berikutnya (fase aktif), kemudian dipindahkan ke garis waspada melalui garis garis yang terputus – putus (garis pindah). Garis putus – putus bukan merupakan bagian proses persalinan.
9. Kotak mendatar (4 jam) disebelah kanan dari garis waspada pada partograf terdapat “Garis Tindakan”. Bila grafik pembukaan melewati garis tindakan, maka ibu harus diperiksa dengan cerma apa yang menyebabkan terhambatnya persalinan itu dan merencanakan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
§ Penurunan Kepala
Untuk menilai kemajuan ersalinan kita menilai penurunan kepala terhadap rongga panggul sebagai jalan lahi, biasanya pada persalinan yang normal pembukaan serviks akan diikuti dengan pnurunan keoala.
Untuk mempermudah penilaian terhadapturunnya kepala maka valuasi penilaian dilakukan setiap 4 jam melalui pemeriksaan luar dengan meode perlimaan diatas simphisis, yaitu dengan memakai 5 jari, sebelum dilakuka pemeriksaan dalam. Bila kepada masih berada diatas PAP maka masih dapat diraba dengan 5 jari (rapat) dicatat dengan 5/5, pada angka 5 digaris vertikal sumbu X pada partograf yang ditandai dengan “O”.
Selanjutnya pada kepala yang sudah turun maka akan teraba sebagian kepala di atas simphisi (PAP)oleh beberapa jari 4/5, 3/5, 2/5, yang pada partograf turunnya kepala ditandai dengan “O” dan dihubungkan dengan garis lurus.
v His
1. a persalinan yang berlangsung normal maka his akan terasa makin lama makin kuat, dan frekuensinya bertambah. Pengamatan his dilakukan tiap 1 jam dalam fase laten dan tiap ½ jam pada fase aktif.
2. Frekuensi his diamati dalam 10 menit lama his dihitung dalam detik dengan cara mempalpasi perut. Pada partograf jumlah his digambarkan dengan kotak kotak yang terdiri dari 5 ktak sesuai dengan julah his dalam 10 menit
3. Lama his (duration) digambarkan pada partograf berupa arsiran di dalam kotak:
Ø (titik - titik) 20 menit
Ø (garis - garis) 20 – 40 detik
Ø (kotak dihitamkan) 40 detik
B. Keadaan Janin
Denyut Jantung Janin
1. antung janin dapat diperiksa setiap setengah jam. Saat yang tepat untuk menilai denyut jantung segera setelah his terlalu kuat berlalu selama ± 1 menit, dan ibu dalam posisi miring.
2. Yang diamati adalah frekuensi dalam satu menit dan keterauran denyut jantung janin. Pada parograf denyut jantung janin di catat dibagian atas, ada penebalan garis pada angka 12 dan 160 yang menandakan bats normal denyut jantung janin
3. Kalau diamatiada denyut jantung janin abnormal, dengarkanlah 15 menit, selama 1 menit segera setelah his hilang
4. a dalam 3 kali pengamatan tetap abnormal maka harus diambil tindakan yang dapat berupa:
Ø Rehidrasi
Ø Pemberian oksigen
Ø Tidur mengarah ke kiri
Ø Pengamatan yang tepat untuk menyingkirkan tali pusat menumbung lilitan tali pusat. (Mochtar, Rustam, 1998.Sinopsis Ilmu Obstetri jilid 1.Jakarta : Buku Kedokteran ECG)
Warna dan selaput ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nila warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang – lambang berikut ini:
Ø U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
Ø J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
Ø M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
Ø D :selapu ketuban sudah pecah dan air ketuban bercambur darah
ØK : selaput ketban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda - tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika tidak ada tanda - tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali permenit) maka ibu harus segera dirujuk
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memilik kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
Moulage kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi daat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala – panggul (CPD). Keidakmampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupa atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi kepala – panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertologan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala – panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang – lambang berikut ini:
Ø tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi
Ø tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Ø tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
Ø tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia)
C. Keadaan Ibu
Nadi, tekanan darah dan suhu
1. Nadi : setiap 1 jam di catat dalam kolom nadi
2. Tensi : setiap 4 jam dicatat dalam kolom tekanan darah
3. Suhu : setiap 4 jam dicatat dalam kolom suhu.
Pemeriksaan urin
1. Volume : jumlah urin
2. Protein; Ewit
3. Aseton
Obat – obatan dan cairan yang dibrikan selama proses persalinan
Pemberian oksitosin; tercatat pada kolom khusus dalam partograf dibagian bawah.()
Jika ditemui gejala dan tanda peyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. (Mochtar, Rustam, 1998.Sinopsis Ilmu Obstetri jilid 1.Jakarta : Buku Kedokteran ECG)
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah persalinan dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Forrer, 2001).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi konesepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dilepaskan dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina kedunia luar (Oxorn, 2003).
B. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage (jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan entriotus (Lubang Luar Vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus menyesuaikan dirinya terhadapap jalan yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus di tentukan sebelum persalinan dimulai.
2. Passanger (janin dan plasenta)
Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interkasi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagianb dari passenger yang menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
3. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontaksi involunter dan volenter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari eterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dilmulainya persalinan. Apabila serviks berdilitasi, usaha volenter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan skunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi invonlenter.
C. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulanya kekuatan his. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya persalinan.
1 Teori keterangan
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas tertentu setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehinggapersalinan dapat dimulai. Keadaan eterus yang terus membesar da menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot eterus.
2 Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana ternadu penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan 2 buntu.
3 Teori oksitosin internal
Dikeluarkan oleh kelenjar hipotise parst perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat menyebabkan terjadinya Braxton hiks.
4 Teori prostaglandin
Sejak umtur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.
5 Teori Hipotalamus-ptuitari dan Gladula Suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus, sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalasmus.
6 Teori berkurangnya nutrisi
Demikian oleh hipokrates untuk pertamakalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
D. Tanda – Tanda Persalinan
1. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteru menurun.
2. Perasaan sing-sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
3. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresi bertambah bisa bercampur darah.
E. Tanda-tanda Inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur keluar.
2. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
F. Tahapan Persalinan
Menurut saifuddin (2006) persalinan dapat dibagi empat kala yaitu :
Ø kala 1
1. Inpartu
Terdapat tanda-tanda persalinan :
a. Pembukaan serviks 4 cm
b. His adekuat (teratur minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik)
c. Keluar lendir darah dari vagina
2. Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan sesuai dengan partograf
3. Kmajuan persalinan bermaslah seperti : partus macet/tidak maju, inersia uteri, dsb.
Kemajuan persalinan tidak sesuai dengan partograf, melewati garis waspada.
4. Kegawatdaruratan persalinan
Ditemukan tanda-tanda legawatdaruratan ibu atau bayi, bila tidak ditolong segera dapat menyebabkan kematian.
Ø Kala II
1. Kala II berjalan dengan baik
2. Kawatdaruratan kala II
Adanya kemajuan penurunan kepala janin :
a. Kondisi ibu dan janin yang butuh pertolongan segera seperti eklamasia
b. Denyut jantung janin brakiadi/tarkiadi, penurunan bagian janin terhenti,karena kelelahan ibu dan lain-lain.
3. Persalinan normal
Persalinan spontan melalui vagina, bayi tunggal,cukup bulan.
Ø Kala III
Persalinan kala III normal
1. Bayi telah lahir, plasenta lahir eksimum 30 menit pengeluaran darah total lebih dari 500 cc atau ibu tidak tampak pucat
2. kontaksi uterus (+), membulat teramat keras
3. tampak lati pusat bertambah panjang
4. bayi tidak ada tanda-tanda kesulitan bernafas
Ø kala IV
1. Persalinan Kalil IV normal
a. Pengeluaran darah total tidar lebih dari 500 cc
b. Ibu tidak tampak pucat
c. Kontraksi eterus (+), membulat teramat keras
d. Tanda vital ibu dalam batas normal
2. Involusi normal
a. Posisi fundus uteri setinggi atau dibawah pusat, tonus uterus tetap berkontraksi.
b. Pengeluaran darah tidak berlebihan
c. Cairan tidak berbau
3. Kalil IV dengan penyulit
a. Sub involusi uterus, tonus tidak keras, posisi uterus diatas pusat
b. Pengeluaran darah berlebihan (>500cc)
c. Robekan jalan lahir
d. Sebagian plasenta tertinggal
e. Tanda virtal tidak normal.
1. Komplikasi Dalam Persalinan dan Penatalaksanaanya
Keadaan normal dan keabnormalan dari partograf ntuk menurunkan angka kematian ibu dari 450 per 100.000 kelahiran hidup, maka kita harus mengembangkan suatu sstem atau metoda yang tepat. Sistem ini diharapkan dapat memantau keadaan ibu maupun janin yang dikandungnya selama dalam persalinan. Dengan memantau keadaan ibu dan janin tersebut dari waktu ke waktu, maka kita daat melahirkan secara normal, atau harus segera dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih lengkap, serta kapan persalinannya harus diakhiri. Jadi dengan metoda yang baik dapat diketahui lebih awal adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah terjadinya persalinan lama. Pengembangan metoda baru ini, diharapkan dapat menurunkan resiko erdarahan postpartum dan sepsis, mecagah persalinan macet, pecah rahim, dan infeksi bayi baru lahir.
Dengan dasar inilah WHO menciptakan sistem “PARTOGRAF” yang telah digunakan oleh banyak negara karena harganya tidak mahal, dan dapat dipakai pada tingkat pelayanan yang lebih rendah. Dapat dipakai di puskesmas, ataupun oleh petugas – petugas seperti bidan yang bertugas di daerah. Dengan adanya pertograf ini, maka kalau diperlukan dapat dengan tepat merujuk pasien ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. (Mochtar, Rustam, 1998.Sinopsis Ilmu Obstetri jilid 1.Jakarta : Buku Kedokteran ECG)
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinn dan informasi untuk membuat keputusan klik. Tujuan untama dari penggunaan partograf adalah untuk:
· Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
· Mendeteksi apakah proses persalna berjalan secara normal. Dengan emikan juga dapat mendeteksi secara dini keungkinan terjadinya partus lama.
· Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu di catatkan secra rinci pada status atau rekam medik bu bersaln dan bayi baru lahir.
Partograf harus digunakan:
§ Untuk semua bu dalam fase aktif kala satu persalinan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
§ Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik, bidan swasta, rumah sakit dll)
§ Secara rutin dapat memastikan semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan keada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa kodekteran)
Penggunaan partograf dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat, dan tepat waktu serta membantu mecegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.(Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia )
v Hal – hal yang diamati pada pencatatan kemajuan persalinan atau partograf adalah:
A. Kemajuan Persalinan
§ Pembukaan serviks
§ Penurunan bagian terdepan, dalam hal ini kepala
§ His (kontraksi uterus)
B. Keadaan Janin
§ Denyut Jantung Janin
§ Warnah dan jumlah air ketuban
§ Moulage kepala janin
C. Keadaan Ibu
§ Nadi, tekanan darah dan suhu
§ Urin : volume, kadar protein dan aseton
§ Obat- obatan , dan cairan yang diberikan
§ Pemberian oksitosin
Ø Di jelaskan lebih rinci sebagai berikut:
A. Kemajuan Persalinan
§ Pembukaan Serviks
1. Pada grafik partograf kemajuan persalinan pada garis horizontal atau sumbu Y dibagi menjadi 24 kotak. Setiap kotak mewakili 1 jam jadi semuanya untuk 24 jam; 8 jam untuk fase laten. Pada garis vertikal atau sumbu X, tercatat 1 – 10 cm pembukaan (dilatasi) serviks, dan 0 – 5 cm untuk penurunan kepala; untuk tiap 1 kotak mewakili pembukaan 1 cm.
2. Fase laten (kurun lambat pembukaan) berlangsung dari pembukaan 0 sampai 3 cm disertai penipisan bertahap dari serviks (effacement), sedangkan fase aktif (kurun cepat pembukaan) dari pembukaan 3 sampai 10 cm (pembukaan lengkap)
3. Bsarnya pembukaan dalam cm dicatat kedalam partograf dengan tanda silang “X”
4. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam kecuali bila ada indikasi.
5. A fase aktif kecepatan pembukaan sekurang – kurangnya 1 cm/jam
6. Pada persalina yang berlangsung normal pebukaan idak boleh berada i sebalah kanan garis waspada
7. Bila pada pemeriksaan dalam di dapati pembukaan serviks berada pada fase aktif (≥ 3cm), besarnya pembukaan langsung dicatat pada garis waspada
8. Ka persalinan beralih dari fase laten ke fase aktif, catatan pembukaan langsung dipindahkan dari daerah fase laten ke garis waspada, perama garis lurus dari pembukaan masuk (fase laten), kemudian ke besarnya pembukaan pada pemeriksaan 4 jam berikutnya (fase aktif), kemudian dipindahkan ke garis waspada melalui garis garis yang terputus – putus (garis pindah). Garis putus – putus bukan merupakan bagian proses persalinan.
9. Kotak mendatar (4 jam) disebelah kanan dari garis waspada pada partograf terdapat “Garis Tindakan”. Bila grafik pembukaan melewati garis tindakan, maka ibu harus diperiksa dengan cerma apa yang menyebabkan terhambatnya persalinan itu dan merencanakan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
§ Penurunan Kepala
Untuk menilai kemajuan ersalinan kita menilai penurunan kepala terhadap rongga panggul sebagai jalan lahi, biasanya pada persalinan yang normal pembukaan serviks akan diikuti dengan pnurunan keoala.
Untuk mempermudah penilaian terhadapturunnya kepala maka valuasi penilaian dilakukan setiap 4 jam melalui pemeriksaan luar dengan meode perlimaan diatas simphisis, yaitu dengan memakai 5 jari, sebelum dilakuka pemeriksaan dalam. Bila kepada masih berada diatas PAP maka masih dapat diraba dengan 5 jari (rapat) dicatat dengan 5/5, pada angka 5 digaris vertikal sumbu X pada partograf yang ditandai dengan “O”.
Selanjutnya pada kepala yang sudah turun maka akan teraba sebagian kepala di atas simphisi (PAP)oleh beberapa jari 4/5, 3/5, 2/5, yang pada partograf turunnya kepala ditandai dengan “O” dan dihubungkan dengan garis lurus.
v His
1. a persalinan yang berlangsung normal maka his akan terasa makin lama makin kuat, dan frekuensinya bertambah. Pengamatan his dilakukan tiap 1 jam dalam fase laten dan tiap ½ jam pada fase aktif.
2. Frekuensi his diamati dalam 10 menit lama his dihitung dalam detik dengan cara mempalpasi perut. Pada partograf jumlah his digambarkan dengan kotak kotak yang terdiri dari 5 ktak sesuai dengan julah his dalam 10 menit
3. Lama his (duration) digambarkan pada partograf berupa arsiran di dalam kotak:
Ø (titik - titik) 20 menit
Ø (garis - garis) 20 – 40 detik
Ø (kotak dihitamkan) 40 detik
B. Keadaan Janin
Denyut Jantung Janin
1. antung janin dapat diperiksa setiap setengah jam. Saat yang tepat untuk menilai denyut jantung segera setelah his terlalu kuat berlalu selama ± 1 menit, dan ibu dalam posisi miring.
2. Yang diamati adalah frekuensi dalam satu menit dan keterauran denyut jantung janin. Pada parograf denyut jantung janin di catat dibagian atas, ada penebalan garis pada angka 12 dan 160 yang menandakan bats normal denyut jantung janin
3. Kalau diamatiada denyut jantung janin abnormal, dengarkanlah 15 menit, selama 1 menit segera setelah his hilang
4. a dalam 3 kali pengamatan tetap abnormal maka harus diambil tindakan yang dapat berupa:
Ø Rehidrasi
Ø Pemberian oksigen
Ø Tidur mengarah ke kiri
Ø Pengamatan yang tepat untuk menyingkirkan tali pusat menumbung lilitan tali pusat. (Mochtar, Rustam, 1998.Sinopsis Ilmu Obstetri jilid 1.Jakarta : Buku Kedokteran ECG)
Warna dan selaput ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nila warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang – lambang berikut ini:
Ø U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
Ø J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
Ø M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
Ø D :selapu ketuban sudah pecah dan air ketuban bercambur darah
ØK : selaput ketban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda - tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika tidak ada tanda - tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180 kali permenit) maka ibu harus segera dirujuk
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memilik kemampuan penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
Moulage kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi daat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala – panggul (CPD). Keidakmampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupa atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi kepala – panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertologan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala – panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang – lambang berikut ini:
Ø tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi
Ø tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Ø tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
Ø tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia)
C. Keadaan Ibu
Nadi, tekanan darah dan suhu
1. Nadi : setiap 1 jam di catat dalam kolom nadi
2. Tensi : setiap 4 jam dicatat dalam kolom tekanan darah
3. Suhu : setiap 4 jam dicatat dalam kolom suhu.
Pemeriksaan urin
1. Volume : jumlah urin
2. Protein; Ewit
3. Aseton
Obat – obatan dan cairan yang dibrikan selama proses persalinan
Pemberian oksitosin; tercatat pada kolom khusus dalam partograf dibagian bawah.()
Jika ditemui gejala dan tanda peyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. (Mochtar, Rustam, 1998.Sinopsis Ilmu Obstetri jilid 1.Jakarta : Buku Kedokteran ECG)